OPINI PERPUSTAKAAN

14 Agustus 2022

EKSISTENSI PERPUSTAKAAN YANG PUDAR DI ERA MEDIA DIGITAL?

Penulis : Latrinova Arifanny

Banyak anggapan terkait eksistensi perpustakaan di era saat ini yakni era yang hampir seluruhnya menggunakan media serba digital. Begitu juga dengan buku yang erat kaitannya dengan perpustakaan, saat ini saja buku sudah tersedia versi digital yang dapat dibeli ataupun di download. Selain itu saat ini juga sudah banyak aplikasi-aplikasi online yang menyediakan banyak sumber bacaan secara gratis maupun berbayar. Hal inilah yang menyebabkan eksistensi perpustakaan di pertanyakan. Apakah masi ada yang mau datang ke perpustakaan untuk sekedar meminjam atau membaca buku? Di saat di rumah saja, orang-orang bisa tetap membaca buku. Apakah masi ada orang yang datang ke perpustakaan untuk mencari materi yang mereka butuhkan? Di saat mereka dengan mudah dapat mencari materi tersebut dari internet maupun jurnal online yang tersedia. 

Pertanyaan-pertanyaan dan anggapan semacam itu muncul didasari dengan orang-orang yang awam terhadap perpustakaan di masa sekarang. Mereka cenderung berpikir tentang stigma yang beredar terkait perpustakaan di masa sekarang dengan masa lalu masi sama, perpustakaan yang penuh dengan buku, perpustakaan yang membosankan, serta pikiran-pikiran kolot lainnya. Itulah yang membuat munculnya banyak pertanyaan terkait kesiapan perpustakaan di era digital ini. Padahal ketika tau bagaimana perkembangan perpustakaan di era saat ini, semua anggapan-anggapan dan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terbantahkan. Menurut saya pribadi sebagai mahasiswa Ilmu Perpustakaan, perpustakaan sebenarnya bisa dan sangat siap untuk perubahan di era saat ini. 

Seperti sekarang saja, rata-rata dari perpustakaan di Indonesia sudah mengdigitalisasi koleksi bacaannya. Sistem temu kembali informasi yang meliputi layanan-layanan yang ada di perpustakaan juga sudah dilakukan secara digital. Seperti katalog online (OPAC) yang digunakan untuk mencari informasi terkait letak koleksi yang sedang dicari. Peminjaman koleksi menggunakan scan barcode, sehingga dapat dilakukan secara mandiri oleh pengunjung perpustakaan. Pengembalian koleksi juga dilakukan cukup dengan scan barcode yang bisa dilakukan peminjam. Selain itu peminjaman buku secara online yang bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun juga termasuk salah satu usaha perpustakaan untuk tetap fleksibel dalam perkembangan jaman saat ini. 

Untuk proses pengolahan koleksi di perpustakaan, rata-rata perpustakaan saat ini juga sudah menggunakan media digital, seperti input buku ke dalam sistem sudah menggunakan program digital pula. Selain itu perpustakaan juga menggunakan sosial media yang ada dengan sebaik dan semenarik mungkin untuk tetap mempromosikan perpustakaan itu sendiri. Selain itu juga untuk meningkatkan minat kunjung masyarakat ke perpustakaan, serta dapat meningkatkan minat baca pula. Mengadakan event-event menarik pula baik secara langsung maupun melalu media digital yang sedang ramai atau digemari saat ini. Sebenarnya sudah banyak usaha dan upaya dari perpustakaan untuk tetap eksis di saat gempuran digitalisasi ada saat ini. Namun, stigma kolot yang ada di masyarakat terkait bagaimana perpustakaan lah yang membuat perpustakaan kurang diminati baik sekarang yang sudah serba digital maupun dahulu di saat semuanya masih serba sederhana. 

Jadi menurut saya bukan perpustakaan yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman di era media digital sehingga kehilangan eksistensinya saat ini namun, masyarakat lah yang masih terbelenggu dengan stigma kolot tersebut. Padahal mereka mungkin belum pernah merasakan bagaimana berada di dalam perpustakaan di era saat ini, tetapi mereka sudah bisa menilai bahwa perpustakaan itu membosankan dan penuh dengan buku. Namun tidak seluruhnya masyarakat terpengaruh dengan stigma yang ada tersebut. Masih banyak masyarakat yang tetap meminjam ataupun membaca koleksi-koleksi yang perpustakaan sediakan baik melalui media fisik maupun media digital yang di sediakan perpustakaan tersebut. 

Jadi secara keseluruhan dari opini saya ini, kesimpulannya adalah bahwa eksistensi perpustakaan pudar bukan karena perpustakaan yang tidak bisa mengikuti perkembangan era digital saat ini. Tetapi karena stigma yang masih sangat kolot terkait bagaimana perpustakaan, yang ada di masyarakat dan hal tersebut dianggap benar oleh sebagian dari masyarakat tersebut. Jadi menurut saya yang perlu diubah bukan hanya dari perpustakaan saja, memang benar perpustakaan tetap harus mengikuti apa yang sedang perkembang saat ini, namun selain itu masyarakat juga harus bisa mengubah stigma tersebut. Agar di generasi yang akan datang stigma tersebut tidak terus berkembang secara berkelanjutan, yang mengakibatkan angka literasi dan minat kunjung perpustakaan pada generasi yang akan datang juga tetap rendah seperti saat ini. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *