15 Agustus 2022
Perpustakaan dan GenZ: Cara agar tetap akrab dengan perpustakaan
Penulis : Niken Ayu Kumala
Satu kata tentang perpustakaan adalah tenang. Tempat dimana kita bisa menghabiskan waktu dengan menyelami buku yang kita inginkan tanpa terdistraksi dengan hiruk pikuk dunia yang semakin rumit. Perpustakaan selalu memberikan atmosfir tersendiri yang membuat betah berlama-lama disana. Untuk sebagian orang yang menyukai buku, perpustakaan bagai surga. Ia menyediakan berbagai macam informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Terkadang sebagian orang pergi ke perpustakaan hanya untuk menikmati fasilitasnya saja. Entah itu wifi, komputer, AC, dan lain-lain. Tapi apakah dengan orang-orang tidak membaca buku di perpustakaan lantas membuat perpustakaan kehilangan fungsinya? Tentu saja tidak. Mengapa demikian? Karena perpustakaan berusaha menyediakan berbagai fasilitas tersebut untuk memberikan kenyamanan agar dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya. Pada eksistensinya, perpustakaan bagaikan organisasi yang selalu tumbuh dan berkembang mengikuti tren. Beradaptasi dengan kemajuan zaman, berupaya memahami perkembangan kebutuhan penggunanya sehingga suatu ketika dapat menjelma menjadi pilihan utama bagi pemustaka dalam menelusuri informasi (Wiji Suwarno, 2016).
Apa itu Gen Z?
Istilah Gen Z pertama kali dikenalkan oleh seorang jurnalis yakni Bruce Horovits. Namun, penjelasan dari Bruce sendiri kurang jelas hingga mulai terbentuk definisi bahwa Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1996-2012.
Karakteristik Gen Z
Pertama, Fasih Teknologi. Mereka adalah “generasi digital” yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Mereka dapat mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan secara mudah dan cepat, baik untuk kepentingan pendidikan maupun kepentingan hidup kesehariannya. Gawai dan perangkat lainnya adalah suatu alat yang bermanfaat dibandingkan buku teks.
Kedua, Sosial dan Multitasking. Mereka sangat intens berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua kalangan, khususnya dengan teman sebaya melalui berbagai media sosial. Informasi pendidikan, game, hobi hingga media sosial yang booming seakan menjadi surga bagi generasi ini. Salah satu keunikan Gen Z adalah mereka cenderung menggunakan gaya multitasking, yakni melakukan beberapa pekerjaan sekaligus.
Ketiga, Berpikir Instan. Mereka menginginkan segala sesuatunya dapat dilakukan dan berjalan serbacepat. Mereka tidak menginginkan hal-hal yang bertele-tele dan berbelit-belit. Gen Z lebih dominan pada alat pembelajaran secara audiovisual dibandingkan metode tradisional.
Upaya mendekatkan perpustakaan dengan Gen Z
Cara yang dapat dilakukan agar Gen Z tetap dekat dengan perpustakaan mungkin berbeda tergantung jenis perpustakaan tersebut. Namun, beberapa hal penting yang mungkin dapat diterapkan di berbagai perpustakaan antara lain sebagai berikut.
1. Meningkatkan kualitas layanan referensi
Gen Z saat ini sangat menyukai dengan hal-hal yang berbau digital. Oleh karena itu, perpustakaan hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan mereka menyelami dunia maya. Fasilitas ini juga dapat didukung dengan kualitas koneksi internet yang baik.
2. Menyediakan layanan informasi yang baik
Layanan ini sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi. Bentuk layanan penelusuran informasi seperti pathfinder dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Layanan seperti ini juga sesuai dengan karakter Gen Z saat ini yang menyukai hal-hal berbau instan.
3. Aktif di media sosial
Perpustakaan sebaiknya melakukan promosi yang baik dengan memanfaatkan media sosial. Informasi yang disampaikan juga hendaknya dikemas secara menarik sesuai dengan perkembangan tren yang sedang hangat dibicarakan oleh remaja. Selain dari media sosial, pemanfaatan website perpustakaan juga sangat dianjurkan untuk lebih menjangkau remaja masa kini.
4. Menyediakan koleksi yang menarik
Gen Z memiliki rasa penasaran yang luar biasa terhadap sesuatu. Oleh karena itu, perpustakaan harus menyediakan koleksi yang cukup untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka. Koleksi yang disediakan juga harus bervariasi, misalnya novel, koleksi untuk self-improvement, psikologi, dan bacaan ringan yang dapat menarik minat mereka. Perpustakaan juga dapat menyediakan koleksi digital yang dapat dijangkau tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini dapat dilakukan untuk tetap menyesuaikan tren perpustakaan dengan Gen Z saat ini.
5. Meningkatkan kualitas tenaga pustakawan
Sering kali pengguna perpustakaan mengeluhkan pelayanan tenaga pustakawan yang tidak profesional atau kurang memuaskan. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya tenaga pustakawan memiliki skill sosial yang mumpuni agar dapat melayani pengguna dengan maksimal. Pada era digital ini, pustakawan juga dituntut untuk mempunyai skill di bidang teknologi agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan Gen Z saat ini.